"Ilmu Pengetahuan" lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata,"ilmu" dan "pengetahuan", yang masing-masing
mempunyai identitas sendiri-sendiri Keperluan sekarang adalah
pengetahuan ilmiah yang harus ditingkatkan karena pengetahuan, perbuatan, ilmu, dan
etika makin saling bertautan. Berulang kali harus diambil
keputusan dalam menerapkan
secara praktis pengetahuan ilmiah.
Teknologi dalam penerapannya
sebagai jalur utama yang dapat menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam. Sikap demikian adalah
wajar, asalkan tetap dalam
konteks penglihatan yang rasional. Sebab teknologi, selain mempermudah kehidupan
manusia, mempunyai dampak sosial yang sering
lebih penting artinya daripada
kehebatan teknologi
itu sendiri.
Pertama,
sifat kemanusiaan berontak terhadap pola-pola politik, organisasi, dan teknologi
yang tidak berperikemanusiaan, yang teras a menyesakan napas
dan melemahkan
badan Kedua, lingkungan hidup menderita dan menunjukkan tanda-tanda
setengah binasa. Ketiga, penggunaan
sumber daya yang
tidak dapat dipulihkan,
seperti bahan bakar, fosil,
sedemikian rupa sehingga
akan terjadi kekurangan sumber daya alam
tersebut. Oleh karena
itu dipertanyakan, bagaimana peranan
teknologi dalam usaha mengatasi
kemiskinan dan membatasi alternatif
pemecahan masalah
serta mempengaruhi hasilnya.
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai
perjuangan yang akan
memperoleh kemerdekaan
bangsa dan motivasi funda-mental dari cita-cita
menciptakan masyarakat adil dan
makmur IImu pengetahuan, teknologi,
dan kemiskinan merupakan bagian-bagian
yang tidak dapat dibebaskan
dan dipisahkan
dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi, interdependensi,
dan ramifikasi (percabangannya). Dengan demikian wajarlah apabila menghadapi masalah yang kompleks ini, memerlukan studi mendalam
dan analisis interdisipliner kalau tidak mau
mencampuradukkan unsur-unsu sintesis dengan sintesisnya sendiri
1. ILMU PENGETAHUAN
Di
kalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun
dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek)
tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum, dan
akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana
karena bermacam-macam pandangan dan teori
(epistemologi), di antaranya pandangan Aristoteles, bahwa
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi.
2. TEKNOLOGI
Dalam konsep yang
pragmatis dengan kemungkinan
berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu
pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state
of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi;
menyangkutcara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan
keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
“Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi
secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi
sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi
itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani.” (Eugene
Staley, 1970).
Teknologi memperlihatkan
fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan
memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup
teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “The Tech• nological Society”
(1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun arti atau maksudnya
sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi
atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan totalitas motode yang
dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat
perkembangan) dalam setiap bidang akti.vitas manusia.
Batasan ini bukan bentuk teoritis, melainkan perolehan dari aktivitas masing•
masing dan ob=ervasi fakta dari apa yang disebut manusia
modern di&ugan perlengkapan tekniknya. Jadi teknik
menurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan
earn untuk memperoleh basil yang sudah distandardisasi dan diperhitungkan
sebelumnya.
Fenomena teknik pada
masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (
1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.Rasionalitas, artinya tindakan spontak
oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan
rasional
2.Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksankaan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.
4.Teknis berkembang pada suatu kebudayaan
5.Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
6.Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
7.Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
2.Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksankaan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.
4.Teknis berkembang pada suatu kebudayaan
5.Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
6.Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
7.Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
3.
ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering
dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan
dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan ilmu pengetahuan khususnya
teknologi sering kurang memperhatikan masalah nilai, moral atau
segi-segi manusiawinya. Keadaan demikian tidak luput dari falsafah
pembangunannya itu sendiri, dalam menentukan pilihan antara
orientasi produksi dengan motif ekonomi
yang kuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan
yang terkadang harus dibayar lebih mahal.
Ilmu
dapatlah dipandang sebagai
produk, sebagai proses, dan
sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri,
1984 ). Ilmu dipandang sebagai proses
karena ilmu merupakan hasil
darikegiatan sosial, yang
berusaha memahami alam, manusia dan
perilakunya baik secara
individu atau kelompok.
Apa yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini,
merupakan hasil penalaran (rasio) secara
objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu
diperoleh dari hasil metode
keilmuwan yang diakui secara
umum dan universal sifatnya.
Oleh karena itu ilmu dapat diuji
kebenarannya, sehingga tidak mustahil
suatu teori yang sudah mapan suatu
saat dapat ditumbangkan oleh teori lain.
Ilmu sebagai ilmu, karena
ilmu selain universal, komunal,
juga alat menyakinkan
sekaligus dapat skeptis,
tidak begitu saja mudah
menerima kebenaran.
Ilmu pengetahuan pada
dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh
pengetahuan yang disusunnya yaitu:
ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Epistemologis seperti diuraikan di muka,
hanyalah merupakan cara
bagaimana materi
pengetahuan diperoleh
dan disusun
menjadi tubuh
pengetahuan. Ontologis dapat
diartikan haklikat apa
yang dikaji oleh
pengetahuan, sehingga jelas
ruang lingkup
wujud yang menjadi
objek penelaahannya.
Atau dengan kata lain ontologis
merupakan objek formal
dari suatu
pengetahuan. Komponen Aksiologis
adalah asas
menggunakan ilmu
pengetahuan atau
fungsi dari ilmu pengetahuan.
Ketiga komponen
ontologis,
epistemologis dan
aksiologis tersebut erat
kaitannya dengan
nilai atau nilai moral.
4. KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. dikatakan
berada di bawah garis kemiskinan
apabila pendapatan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang paling
pokok seperti pangan, pakaian, tempat
berteduh, dll.
Kemiskinan
merupakan tema sentral
dari perjuangan bangsa,
sebagai inspirasi dasar dan
perjuangan akan kemerdekaan
bangsa, dan motivasi fun• damental
dari cita-cita menciptakan
masyarakat adil dan makmur.
Garis
kemiskinan, yang menentukan
batas minimum pendapatan
yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal:
1.persepsi manusia
terhadap kebutuhan pokok
yang diperlukan,
2. posisi manusia dalam lingkungan sekitar, dan
3. kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
2. posisi manusia dalam lingkungan sekitar, dan
3. kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap
kebutuhan pokok yang diperlukan di
pengaruhi oleh tingkat pendidikan,
adat-istiadat, dan sistem nilai yang
dimiliki. Dalam hal ini garis
kemiskinan dapat tinggi atau
rendah. Terhadap posisi
manusia dalam lingkungan sosial,
bukan ukuran kebutuhan pokok
yang menentukan
Atas dasar ukuran ini maka
mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut
:
1.tidak memiliki faktor
produksi sendiri seperti tanah,
modal, keterampilan, dsb.
2.tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha:
3.tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan
4.kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas self employed), berusaha apa saja;
5.banyuk yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan
2.tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha:
3.tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan
4.kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas self employed), berusaha apa saja;
5.banyuk yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan
Kemiskinan menurut
orang lapangan (umum) dapat dikategorikan
kedalam tiga unsur:
(1) kemiskinan
yang disebabkan handicap badaniah ataupun
mental seseorang,
(2) kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam, dan
(3) kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut dengan kemiskinan struktural.ltulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur (buatan manusia), baik struktur ekonomi, politik, sosial, maupun kultur Kemiskinan buatan ini, selain ditimbulkan oleh struktur ekonomi, politik, sosial, dan kultur, jgua dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan.
(2) kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam, dan
(3) kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut dengan kemiskinan struktural.ltulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur (buatan manusia), baik struktur ekonomi, politik, sosial, maupun kultur Kemiskinan buatan ini, selain ditimbulkan oleh struktur ekonomi, politik, sosial, dan kultur, jgua dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan.
Kemiskinan
menjadi suatu
kebudayaan (culture of
provierty) atau suatu
subkultur, yang mempunyai
struktur dan way of life
yang telah menjadi turun-ternurun
melalui jalur keluarga.
Kemiskinan (yang
membudaya) itu disebabkan
oleh dan selama proses
perubahan sosial secara
fundamental, seperti transisi dari
feodalisme ke kapitalisme,
perubahan teknologi yang cepat,
kolonialisme, dsb. Obatnya tidak lain adalah
revolusi yang sama radikal dan meluasnya.
Pola relasi dari
struktur ini, yang urgen adalah
struktur dalam soal sosial• ekonomi
meskipun struktur lainnya
mcnentukan. Pola relasi
dalam struktur sosial ekonomi ini
dapat diuraikan sebagai
berikut :
1.Pola relasi antara
manusia (subjek) dengan
sumber-sumber kemakmuran ekonomi
seperti alat-alat produksi,
fasilitas-fasilitas negara,
perbankan, dan kekayaan sosial.
Apakah ini dimiliki, disewa,
bagi-hasil, gampang atau sulit bagi
atau oleh subjek tersebut.
2.Pola relasi antara subjek dengan hasil produksi. Ini menyangkut masalah distribusi basil, apakah memperoleh apa yang diperlukan sesuai dengan kelayakan derajat hidup manusiawi.
3.Pola relasi antara subjek atau kornponen-komponen sosial-ekonomi dalam keseluruhan mata rantai kegiatan dengan bantuan sistem produksi
2.Pola relasi antara subjek dengan hasil produksi. Ini menyangkut masalah distribusi basil, apakah memperoleh apa yang diperlukan sesuai dengan kelayakan derajat hidup manusiawi.
3.Pola relasi antara subjek atau kornponen-komponen sosial-ekonomi dalam keseluruhan mata rantai kegiatan dengan bantuan sistem produksi
Dalam hal
iniadalah mekanisme
pasar, bagaimana
posisi dan peranan manusia
sebagai subjek dalam
berfungsinya mekanisme tersebut.
Secara analog
dapat ditentukan pola-pola relasi
dalam bidang ekonomi. Kesemuanya
merupakan substruktur atau subsistem
dari struktur dan sistem
kemasyarakatan yang berlaku
yangm endasari
masalah-masalah kemiskinan. Dengan
demikian
kemiskinan
berkaitan langsung
dengan sistem kemasyarakatan
secara menyeluruh, dan bukan
hanya masalah ekonomi
atau politik atau
sosial-budaya. Maka penanganannya
hams berlangsung secara komprehensif,
dengan suatu strategi yang mengandung
kaitan-kaitan dari semua aspek
dan perikehidupan manusiawi.
Bisa dimulai dengan
resep ekonomi, kemudian
ditunjang oleh tindakan sosial
dan politis yang
nyata, dengan intervensi
pemerintah dan kesadaran manusia
miskin itu sendiri, tidak
bersikap nerima dan
tidak bersikap neglect
atau tidak mau tahu
tentang kemiskinan
Kalau kita menganut
teori fungsionalis dari
statifikasi (tokohnya Davis),
maka kemiskinanpun
memiliki sejumlah
fungsi yaitu
1.Fungsi ekonomi : penyediaan
tenaga untuk pekerjaan tertentu
2.Fungsi sosial : menimbulkan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal
3.Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
4.Fungsi politik : berfungsi sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok lain.
2.Fungsi sosial : menimbulkan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal
3.Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
4.Fungsi politik : berfungsi sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok lain.